Thursday, December 9, 2010

DIUJUNG LUKA

 
DIUJUNG LUKA
  Oleh Ezzyla Fi

Tuah dibadan yang tak lekat
makanya rindu mengeliru.
Sesalan sudah terlambat 
rengganglah  hati runtuhlah kalbu….

Bila angan mengelana mengelilingi putaran dunia semu
Rindu  bertamu mecoba mengetuk pintu hatimu
Tuan hamba,
janganlah hanya menjeling dijendela
Persilahkanlah hamba masuk tuk melawat ruang hatimu
izinkanlah hamba duduk barang sejenak
jika tiada berkenan usirlah hamba perlahan-lahan

Bukan hamba hendak mengusik
Tuan yang dahulu mempelawa berkirim salam berujar mesra
salahkah hamba bertanam harapan yang hampir berurat berakar..?
Bukankah tuan hamba ikut pupuk 
dengan untaian kasih pada jambangan..!
Hingga bercabang rindu
rimbun dalam daun-daun cinta

Dan tumbuhlah bunga kasih sayang dihati hamba
Mengapa tuan biarkan terkulai layu..?
Sedangkan tuan ikut memberi asupan air rindu
Tetapi sekarang tuan tega 
cabutkan dahan dengan hentakan kata
Terencat sampai keakar
Gugur bunga bukan dek benalu
Bersimbah hujatan terbakar
Kerontang layu kelopak satu-satu


Hijau dedaunan memucat 
tak sudi mentari berbagi klorofil
Terik kian menghangat 
mati jambangan bagai kerakap

Karena diujung sana tuan tertawan mata
memandang mawar merekah jelita
Memerhati dengan penuh cinta
terperosok kaki tuan kedalam tamannya
Hingga sepeminuman teh tuan betah berlama-lama
sampai beribu waktu tersangkut tuan didurinya
Tapi mengapa hamba yang berdarah..?
Harum wangiannya
Mabuk hamba berkunang mata
Luruh jiwa terluka
Yang layu kian tak berdaya



Tuan hamba,,
Hamba hanya mampu melihat 
indahnya bunga idaman tuan
Tuan persia hamba dari perhiasan taman jiwa
Ingin hamba mengorak mencabut bunga itu
Tapi tiada beza lagi tuan telah tertawan
sebaldi  racun telah tuan siramkan
Terpaksa hamba rebah menatap nyata
Tak terperi  hati saat melihat tuan berseloka
Menghisap sari bunga
Bergetar puncak rasa
Nak matipun tetaplah bukan hak hamba


Dikala tubuh kehilangan daya
kembali tuan meredahkan luka
Tercabik oleh kata-kata
takkan mungkin waktu mampu menjahitnya
Janganlah berbelit bahasa tuan
didalam kiasan kata telak menikam jantung hamba.
Mengalir  darah  menganak sungai
tak sanggup hamba keringkan
Menangis masa membaluti luka
mungkin mampu menjadi kain kassa
Namun calar yang tertinggal tetap membekas lara

Cukup sudah tuan berhujah
tinggalkan hamba bersendirian
Sekebun cinta yang pernah mewangi dihati hamba
biarlah kering kerontang
Benar hamba dahaga...
tapi bukan meminta kasihnya tuan
Sejambang bunga yg pernah tuan sayangi
sudah lelah menggantung harap
Takkan terlarang lagi tuan beralih jambangan
mungkin takdir sudah memisahkan suratan badan
maka taman kasih kekeringan
Kelak hujan kan membasahi kebun yang gersang
agar merona kembali serinya taman


Lihatlah tuan walau terkikis debunga oleh deraian hujan,
melembab tanah kebanjiran
Saat petir sambar-menyambar,
kilatan cahaya telak menyorot jantung
Hampir tersesat dalam pikiran,
mujurlah iman cepat menyambar
Hingga timbul keyakinan 
kalau pelangi kan muncul berbagi warna
Kilaukan rona yang pudar



0 Comments:

Post a Comment



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

FREE HOT VIDEO | HOT GIRL GALERRY