|
---|
Thursday, May 19, 2011
BROKEN HANDKERCHIEF
My red lipstick lips curve
My hand iron carefully
Folding a blue sky handkerchief
My special body perfume
Smelt inside in the inner of the sheet
I bought five months ago before he go
His mouth wiping after appetizer
Sweating rubs his forehead and neck
Stop a while in the nose, smelt
Inhaling the only perfume he knew
No other smell, no red lipstick stain
Today the autumn is over
Twelve full moon after he passed away
Without leaving message at all
As usual
My eyes glancing every single rooms
Your face painting in everywhere
Your joking gesture left anywhere
Honey, can't you see from above
This handkerchief can't hold any longer
My flooding tears shed
In silent, longing of you, I see the moon
Out of the glass window of our room
Full of momento things
I rub gently this handkerchief, broken by now
I kept your body smelt, no more rinse
Kissing, hugging and took wherever I go
Never let it go
I kept your handkerchief in my broken heart
Just like hold you so tight
I don't aware my mascara fade away
Yes, the handkerchief is broken
But my love for you lasting forever
SAPU TANGAN ROBEK
Bibirku tersenyum dikulumKulipat pelan sapu tangan biru muda
Semprotan parfum di pori poriku
Sama seperti aroma pintalan benang
Yang kubeli lima bulan sebelum kau pergi
Mulut dibersihkan seusai appetizer
Keringat diusap di dahi dan di leher
Lalu berlabuh dihidung, mencium
Menghirup aroma badan satu satunya
Tak ada wangi lain
Tak ada noda lipstik merah
Hari ini musim pancaroba telah usai
Duabelas lingkar purnama kau telah pergi
Tanpa membisikkan pesan
Tidak seperti biasanya
Mataku nanar melihat setiap ruangan
Bayangmu ada dimana mana
Sayang, dapatkah kau lihat sapu tangan ini
tak mampu lagi menampung banjir air mata
Dalam hening, kulepas rindu
Dari jendela kaca kamar kita
yang penuh foto kenangan
Kuelus lembut saputangan yang telah robek kini
Bau badanmu tak lagi kucuci
Kucium, kudekap, kemanapun aku pergi
Kusimpan di bilik hati yang terluka
Seperti memeluk, dia yang telah tiada
Tak terasa maskaraku berembun basah
Sapu tangan memang robek sudah
Tetapi cintaku tetap abadi sepanjang masa
Semprotan parfum di pori poriku
Sama seperti aroma pintalan benang
Yang kubeli lima bulan sebelum kau pergi
Mulut dibersihkan seusai appetizer
Keringat diusap di dahi dan di leher
Lalu berlabuh dihidung, mencium
Menghirup aroma badan satu satunya
Tak ada wangi lain
Tak ada noda lipstik merah
Hari ini musim pancaroba telah usai
Duabelas lingkar purnama kau telah pergi
Tanpa membisikkan pesan
Tidak seperti biasanya
Mataku nanar melihat setiap ruangan
Bayangmu ada dimana mana
Sayang, dapatkah kau lihat sapu tangan ini
tak mampu lagi menampung banjir air mata
Dalam hening, kulepas rindu
Dari jendela kaca kamar kita
yang penuh foto kenangan
Kuelus lembut saputangan yang telah robek kini
Bau badanmu tak lagi kucuci
Kucium, kudekap, kemanapun aku pergi
Kusimpan di bilik hati yang terluka
Seperti memeluk, dia yang telah tiada
Tak terasa maskaraku berembun basah
Sapu tangan memang robek sudah
Tetapi cintaku tetap abadi sepanjang masa
Labels: POEMS
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)