Thursday, September 16, 2010

LARI dari BAYANG PARIBAN

Pulau Poncan, Sibolga, North Sumatera, North Sumatera






I.
LARI dari BaYAnG PARIBAN

Tetes tetes gerimis
Tak kuasa melembutkan hati yang kelu
Dibilik temaram penuh kenangan
Bersamamu pariban

Kualihkan kerling ke channel one
Jantungku berdebar kencang
Melihat lesung pipit sang bintang
Seperti boru Situmorang

Kukayuh sampan ke Pulau Poncan
Bersembunyi dibalik ilalang gersang
Dibalik batu karang legam
Parasmu terukir disana

Nekad kuterbang di atas Fujiyama
Menuju bandara LAX di California
Berpapasan dengan rupa rupa Asia
.......sepertimu
Novytha Panjaitan

II.
LESUNG Pipit  dari PARsobuRAN

Musim dingin yang menggigit tulang
Di keramaian Los Angeles hatiku beku
Dalam nafas dan mimpi mimpi
Wajah Pariban membayang diterang  Bulan

Kututupi mata hatiku lari
ke hutan Kalimantan
Udara tropis sejenak menguap kenangan
Kubuka dadaku untuk berenang
Sepasang mata bola menatap dari pinggir kolam
Terpahat lesung pipit dengan sudut bibir tipis, menjawab,
"Panjaitan dari Parsoburan"

Kuselami dasar hati sambil menahan nafas
Terbayang lagi lesung pipit Pariban
Bagaimana mungkin melupakannya
Sayup terdengan tembang kenangan
Boasa ingkon pajumpang...... *)

Tuhan, berdosakah aku menjalin hati
dalam hutan yang gersang ini
Akankah benih sayang  bersemi cinta
Melalui buah buah hati

Kugenggam erat tangan boru Panjaitan
Dengan lesung pipit di sebelah kiri
Bibir halusnya mengalunkan tembang
"Boasa ingkon pajumpang hape ingkon marsirang *)

*) Mengapa harus berjumpa
    jika akhirnya berpisah
by : Benny Panjaitan



III

Kidung SABU atau SIMAMORA


Bayang Pariban menguap di kebon sawit Kalimantan
Kuboyong benih ke Nusa Indah di Selatan
Pulau Sabu, di lahan jiwa yang kosong untuk ditanam
Memandang jingga senja di ufuk Barat lautan


Petak rahasia sepi kucurahkan kepada teman
Gadis hitam manis dengan senyum menawan
Mengerti hati dan bahasa Toba dari teman sepergaulan
Pandangan matanya mendebarkan jantung
Cinta sawit meleleh canda Sonde dan Horas bah


Jemari yang lentik memetik gitar berdendang
Oo Nawanni tana ee, li ta b'oleh ballo....... *)
Diatas karang hati yang gersang ditiup angin Selatan
Senandungnya terdengar ke kampung paman
Inang berkeras melantunkan lagu Situmorang, Situmorang


Dahaga kasih yang mulai bersemi
Serbuk cinta yang kuncup mengelopak
Layu kini, hembusan angin syakal adat
Kuatkan hati menghalau sepi
dengan tegukan tuak lontar dan daun sirih
Akankah lagu Situmorang Situmorang diganti
Oo nawanni tana ee, li ta b'oleh ballo, hewene roe lolo *)





*) Janjilah adikku sayang, jangan pernah melupakanku



IV 
SINGGAH di BenuA SELATAN


Kami terus berlagu bulan
Lagu kale kale pa raiwawa *)
Lembut mengalun mendayu
Adat Kenoto merayu hatiku
Pikat asmara memabukkan, tak terbendung
Tapi kerongkongan Inang,
tak akan berhenti mangandung **)

Dalam hening kuselipkan anyelir harum dirambutnya
Kucium pelupuk mata dibawah mascara yang berembun
Bergegas ke labuan sebelum hujan membasahi bumi Sabu
Slamat tinggal Ina tana ee, kapalku berlayar ke Selatan
Byron bay, teluk tenang, kediaman seorang teman

Lama kakiku tak menari dansa
Gerak sintal mengiring instrumentalia
Membuat langkahku tak seirama
Menyentuh kulitmu yang halus
Bola mataku merona merah

Kududuk melamun menjelang mentari mentari tenggelam
Kugubah syair imaginasi  berlabuh di Byron bay
Dibalik kaca studio, kau mengudara lagu Tanah air beta
Lagu Sabu dan logu Batak tradisional
Gelombang radio menembus Khatulistiwa
Hingga ke kampung halaman Pariban
Kutancapkan pandang tak beralih dari parasmu,
bibir yang senyum tulus

Hatiku terkejut tertusuk pisau imigrasi
Penolakan tinggal lebih lama  di Australi
Merajut hati, jiwa yang mulai bersemi
Mengikat adat dan memahkotaimu marga Situmorang
Kemana lagi aku harus lari ?

*) Belum juga menemukan gadis...lari ke Pulau Sabu
**) Meraung raung tak berenti


V

RUMPUT hijau di QUEENSLAND
 Angin berdebar menghembus gugus awan
Mataku nanar meninggalkan senyum tulus
Di pinggir pantai Byron bay, teluk yang tenang
Berpeluh di Queensland, ranch seorang teman
Melewati celah imigrasi di Benua Selatan

Kujejak kaki di balik padang ilalang gersang
Duduk di sadel kuda menjaga sapi di ladang
Hati yang gersangakan kembali tenang
Berbaring di rumput hijau dibalik musim mendatang
Disela canda tawa keluarga campuran
Gula Saabu hitam manis dan steak Queensland
 Jam terus berputar, melupakan Lesung pipit Pariban
Di pantai Sibolga, di kebun sawit Kalimantan
Tetapi Tanah air beta tak akan terlupakan
Terbayang kampung Nunbaun, Nunhila di Timor
Dua nama ranch di Queensland
Dikelilingi pelangi kembang warna warni
Dihiasi simpul simpul adat  tradisi, keluraga Whites
Tenun adat Sabu, seperti Ulos selendang


Disela jeda kuisi dengan menimba ilmu
Kursus sastra yang lama kurindu
Walau paras ayu melirik bergurau
Retina hatiku sudah mengabur
Gendang jantungku memnuru
Rindu kembali berbhakti kepada Negeriku

VI 
 Ing TAWANG ono LINTANG

Loncatan kanguru Qantas dari Australi
Mencicit di surga dunia Ngurah Ray
Sebelum sayap Garuda mengepak tinggi
Siap menclok di kulon Gunung Merapi
Menukik rendah diatas hamparan padi
Legenda cinta Prambanan
Dan Borobudur yang agung


Study lanjut di GAMA,  Bulaksumur yang tenang
Duduk di sebelah gadis kerudung dari Kauman, kediaman
Belakang Gedung Agung, alun alun utara
Sepasang mata bola berbinar sayu menawan
Auranya ayu bercahaya seperti bintang


Sorot mata Ayahnya merah meradang
Melihat lesehan di Maliboro berdua barengan
Tak ada lagi alasan keluar malam
Atau ulang tahun teman
Hubungan tak boleh dilanjutkan


Kuliah belum purna dia menghilang
Berita bertunangan dan mendapat undangan
Terdengar suara rebana bersahutan
Sesenggukan ketika jariku bersentuhan
Karena menikah bukan dengan pria idaman
Dari sudut ruangan terdengar lagu kenangan
Ing tawang ono lintang cah ayu *)




*) di langit ada bintang anak manis

VII
 Kembang mekar di STASIUN TUGU

Bangku kuliah di sebelah kini kosong
AC kampus Bulaksumur membekukan hatiku
Hening, ditengah lalu lalang mahasiswa
Sejak gadis kerudung Kauman diboyong

Wajahku sendu dilirik, Nur kembang mekar
Di rumah Joglo tetangga sebelah
Suka merangkul manja disadel belakang
Berdua memandangi buku hingga larut malam
Sarapan gudeg nangka sambil mencuri pandang

Kusirami kembang merah di taman
Rambut panjang, merangkai wangi
Dikerumuni teman karena tanpa pagar
Kulindungi dari percik api dan angin kencang
Akankah kembang tumbuh di pot yang membeku

Mukaku merona merah
Seperti warna kerudung gadis Kauman
Terbias di jendela kaca Yogja mall
Senyum dan binar bola mata, menyapa ramah
Dia kini tinggal di rumah mewah
Mungkin sudah berbahagia

Jumat kliwon cerah menjelang petang
Hujan tidak turun ketika Nur menghantar ke Stasiun
Hanya semburat senyum penuh arti, bepesan
Mas jangan lupa segera menyurati
Mungkinkah kembang tak layu hingga ku kembali

Akhir perjuangan kuliah, awal kehidupan
Berangkat ke Ibukota bermodal ijazah
Kereta menjerit bergerak ke Barat perlahan
Lambaian tangan Nur menghilang dikegelapan malam
Kenangan Yogja terpatri sepanjang zaman

VIII

MIRIP NAOMI DARI CANDI

Malam minggu mematut diri
Mengisi hari hari sepi
Menemani gadis tinggi semampai
Sahabat keluarga dari Semarang, Candi
Bekerja selemparan batu dari Harmoni
Kantor Setneg masa kini


Gaul berpadu dalam suara muda
Namun hati tak mudah untuk dirayu
Hanya apotheker Naomi yang menemani
Teman berbagai dalam menggapai mimpi


Hari hari pikat asmara kukosongkan
Walau kulino pagi dan petang
Tetapi witing tresno belum juuga terpatri
Tanah kering mustahil akan bersemi


Bertugas lama ke bumi Sriwijaya
Menikmati empek empek Cafe El NITA
Ikan panggang jauh dari api, dingin
Dalam dingin kubiarkan waktu berlalu
Biarlah  pria impian mengisi senja senjanya

Tak ada rasa sesal
Tak ada memory untuk dikenang
Tak ada luka untuk diperban
Mimpi Naomi Sitompul menjadi nyata
Mendampingi executive Bank, pria idaman

IX 
EMPEK EMPEK di Cafe El NITA
 Syukur alhamdulillah diterima bekerja
Sesuai ilmu dan pengalaman kerja
Survey getah di bumi Sriwijaya
Membangun kilang bumi putera


Menjelang senja turun dari jembatan Ampera
Menyusuri bibir eksotik Sungai Musi ilir
Mencari empek empek di Cafe El Nita
Yang tersohor hingga Singapura
Diramu dengan hati dan talenta
Ibu muda berkaca mata gaya


Mencicipi sambil menyaksikan goyangan
Rentak Zapin, lagu  langgam Melayu
Tari serumpun yang telah dipatenkan
Seirama goyangan kapal kapal yang berlabuh


Cengkok Melayu berganti lagu sendu
Lagu rindu dari Band Ungu
Merindu kenangan yang begitu syahdu
Ingin mengurai sanubari sesak pilu
Masikah ada sisa asa walau sesaat
Masikah ada getaran hati untukku


Silaturahmi dengan Kaupuik ke dusun dusun
Naik kelotok ke Komering ulu
Menenteng empek empek pulang ke Ibukota
Sekali mencicip kuliner El Nita
Tak akan pernah lupa, kaca mata gaya


X
 Masa INDAH masa SEKOLAH

Kesibukan bekerja di kilang getah
Tak memandamkan rindu pulang kampung
Senja memerah, debur ombak memecah
Di teluk Tapian nauli, Sibolga

Bergegas napak tilas ke bangku sekolah
Menemui Lumongga yang sudah menikah
Setelah bertahun tak ada berita dariku
Cinta pertamanya, sejak remaja

Tali kasih dirajut dengan kertas berwarna
Dan kedekatannya dengan keluarga
Memimpikanku kembali setelah kuliah

Saya datang mengucapkan selamat
Karena dia sudah bahagia
Kugenggam tangannya yang gemetar
Gerimis menjadi saksi
Dan titik air mata itu

Memori masa sekolah memang indah
Tetapi mencintai tidak mesti memiliki
Karena suratan tangan Dia yang  mengguratkan
Kini, cintailah pasanganmu
Yang telah berjanji sehidup semati

XI
MATA HATI YANG TERLUKA


Dakota mendarat di Bandara Sultan Taha
Setelah Bumi Sriwijaya bukan pilihan utama
Proyek kilang getah dialihkan ke Utara
Di Seberang, Sungai Batanghari, Jambi

Usai Gereja mataku mencari gadis belia
Yang menggandeng mesra tangan Ibunya
Kuberanikan untuk mengantarnya pulang
Karena Ayahnya sudah lama berpulang
Wajahnya memerah ketika bersalaman

Malam minggu berdansa berpegangan
Di ulang tahun teman hingga larut malam
Aroma parfumnya terhirup dalam
Membuatku mimpi berdansa tanpa kaki

Hari berganti minggu dan bulan
Malam itu lampu lampu hilang cahaya
Dia terkulai, terpukul tertikam palu arit
Sungai air mata membanciri kemeja
Tanpa tanya, Ibu memeluk dibalik pintu
Anak malang, anak partai terlarang

Kata kata maaf perpisahan seembut beludru
Tak mampu menghentikan sesenggukan
Kuusap pipi lembut dengan Ibu jari
Tangan yang halus memeluk erat
Sejarah masa silam yang pekat
Membunuh mata hati yang baru bersemi

XII a

@BATANGHARI, harbor My Heart
 I hold manicured fingers, stepped down the river bank
Embraced firmly, jump over on board
If stumble, we come down together
Sitted close side by side
Over a roar thunder, I whispered closely
Turn her head, cheek meet cheek
She closed her eyes, not seeing my lips
I free my hand off the wheel
Auto pilotted the boat up the river
Till the sun almost set in the slumber

Every opportunities, I drove in front of her house
Saw the wave make my heart melt
Sunday speedy boating in roar river
As my heart beat faster

Her eyes blur, will return to college
She'll meet the guy, who like her
Leaved me behind in questioning
Mom, where I'll be run away

Telex send to my hometown
Please come soon before the full moon
After say "Yes I do", set the Bigday
No more running away from Pariban
Over Batanghari river, harbour my heart

XII b
@BATANGHARI, hati berlabuh

Kugenggam jemarinya yang lentik menuruni tebing
Kupeluk ketika meloncat kedalam perahu
Jika jatuh biarlah tetap bersatu
Duduk merapat, ketika perahu melaju
Aduh, aroma rambutnya tertiup bayu

Ditengah gemuruh mesin, aku berbisik
Kepalanya berpaling, menyenggol pipi
Matanya terpejam, tidak melihat bibirku
Kulepas setir, berlabuh dihulu tepian
Kembali kehilir hingga waktu tenggelam

Senja senja tak alpa kulewat depan serambi
Hatiku berbunga, jika lambaian ada di jendela
Minggu berpacu di sungai perak yang bergelora
Seirama debur jantung dan gemuruh sungai
Kemudi kugenggam kencang dengan satu tangan

Matanya berembun, akan kuliah kembali
Pasti bersua sidia yang menaruh hati
Meninggalkanku, penuh prasangka
Ibu, kemana lagi aku kan lari

Telegram kilat ke kampung halaman
Harap bergegas datang sebelum bulan mati
Setelah berkata "ya", diikat ulos selendang
Bayang Pariban sudah lama menghilang
Karena di Batanghari hati berlabuh


THE END




































0 Comments:

Post a Comment



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

FREE HOT VIDEO | HOT GIRL GALERRY