Sunday, January 16, 2011

R I N DU (CINTA TERPENDAM)

POETRY BATTLE between SINYO APRIL with FAIRYNEE (In Indonesia)


BAIT-BAIT SAJAK UNTUK RINDU YANG BERANTAKAN

RINDU, CINTA TERPENDAM


Oleh Sinyo April
/1/

Gelisah menggaduh di bilik waktu yang merangkak pelan

lalu otak seperti menjadi bulan-bulanan oleh tanya
tentang kenapa dan di mana
satu-satu pesan melayang tak terjawab pun gelombang suara seperti enggan menyentuh telinga
membisu di pangkal sangka
tapi tetap tidak membuatmu bergeming
meski kau tahu itu apa
ah, aku menyimpannya di sini saja
membatu hingga entah sampai kapan


/2/

Aku memetakan garis wajahmu dari titik bintang di langit sana
serupa bentuk bayang-bayang sebuah gita
tentang kata yang tak pernah terucap
senyummu adalah ornamen yang terukir di ingatan tato abadi hingga mati
tak pernah ada sesal ketika sosokmu selalu terlintas
meski sekelebat saja
bahkan kerap kali menggugah resah yang tertidur
jika kejujuran hati tak pernah bisa ditutupi
maka tampaklah di luasnya samudera itu


/3/

Seandainya aku selalu bisa katakan apa yang kuingini
tanpa harus menyimpannya di dada ini
dan jika saja kau selalu menuliskan tiap kata itu
akan ada lebih dari setumpuk buku catatan berdebu
yang kau simpan di gudang belakang
ah, aku tak cukup berani tuk katakan itu
mungkin juga aku cukup sekedar mengagumimu
pada jarak yang tak lebih dari selangkah kaki
kuharap kau tahu degup jantungku;
serupa rima rindu menahun


/4/

Pada malam yang telah merangkum sekumpulan nujum
juga perahu bulan yang berlayar mengambil mimpi
aku titipkan sekelumit rindu yang akut
rindu yang tak sempat terucap di musim sebelumnya
kelak jika awan-awan hujan kembali
pintaku yang tak pernah tahu bilakah menjadi nyata
biarlah rindu itu pulang bersama derainya
membasahi asa yang sedemikian hausnya
untuk sebuah hati yang selalu terpendam
sesalku ini tak kepalang


/5/

Di bangku peron stasiun kereta itu kita bersebelahan
berharap tak sekedar sesungging senyum darimu
tapi kebisuan terlalu kuat mencekat pita suaraku
pun hingga kereta tiba aku masih menggagu lalu mengutuk waktu dengan sesal
sepanjang hari adalah kegaduhan
lalu lalang sosokmu berisik di pikiran
sebuah rencana bahwa esok aku harus tahu namamu
tapi tak pernah terjadi hingga hari berulang;
kebodohan yang sama!


/6/

Aku larutkan tentangmu dalam secangkir kopi
sembari menunggu lintas sosokmu di beranda sore yang gerimis
dan cukuplah bagiku sekejap senyummu
yang terlempar di bawah gerimis itu
adalah sajak-sajakku yang bercerita tentangmu
juga untuk sesalku pada kata yang tak sempat terucap
biarlah gerimis syahdu itu menyimpan rasaku
dalam semusim basah yang membuatmu kuyup
biarlah kelak mereka yang bercerita padamu
tentang aku

================================================


Oleh Fairynee (Lamhot Susanti Saragih)
/1/

Ah,yang benar saja

matahari pun belum sempurna rekahkan senyum di langit
sepasang burung pipit sudah ribut membincangkan rindu yang mengembun di kaca jendela

:mana kau tahu kalau senyummu masih utuh di kepala



/2/


Tak soal bila aku cuma menjadi malam

lingkupi lelahmu yang mendengkur merdu
kau tahu, aku suka berlamalama memandang lengkung tipis di bibirmu
kala mengeja mimpi

tak soal pula bila bulan yang cuma separuh itu mengejek rusuh yang bergemuruh di dada

atau sunyi yang kian pekat buatku gagu

(tenang saja,aku terbiasa meringkuk di rongga matamu itu. menyimak pesonamu dari sudut tak terlihat)



/3/


Usai membaca senyummu yang terpajang di setiap penjuru kamar

aku lebih memilih menonton kaca jendela yang menayangkan
liukan selembar daun jambu dipermainkan angin ketimbang
menyimak skenario televisi yang sering tak masuk akal

aku membayangkan kau pun tengah terpekur di tepi jendela

menghitung gemintang yang kadang suka mengerling genit
:rindu kita tersesat dalam labirin sunyi


/4/


Aku selalu membayangkan tentang kelak

kita duduk di beranda rumah menonton sepasang kupukupu yang sedang kawin
sementara di barat, mentari terburuburu berbenah
tak mau dihardik pekat
lalu kau memintaku mendeklamasikan sajak di matamu
sebelum daun jendela ditutup

:mungkinkah? Sementara geletar bibirku tak jua mampu menggapai punggungmu yang perlahan mengabur dalam mataku.



/5/


Ternyata angin selepas hujan mampu meruntuhkan tegar yang kusembunyikan di balik jaket

gigil menyusup dari ujung kuku kakiku
getarkan angkuh yang mengatup di bibir pucat
sementara riuh serak para kodok yang entah bagaimana terdengar pilu
mengingatkan,

:rinduku hampir mati, megap dikepung getir.



/6/


Ternyata tigaratusenampuluh kali duapuluhempat kali sangat panjang

untuk mengeja rindu yang membatu di kepala
padahal aku yakin sekali, besok atau besoknya lagi akan sama saja seperti kemarin
cuma mampu menatap bayangmu dalam bungkam
:lidahku terpilin pilu

(mungkin waktu yang paling layak disebut tepat memang tidak pernah ada untukku mengaku)



0 Comments:

Post a Comment



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

FREE HOT VIDEO | HOT GIRL GALERRY