Wednesday, July 1, 2009

lAri daRi bayaNgMU

                               Lax, Los Angeles Airport
Menulis cerita dan puisi adalah suatu rekayasa kata dengan latar belakang pemahaman makna yang dalam, bahkan tidak jarang diperlukan riset sebelumnya. Dengan latar belakang pengetahuan, pengalaman dicampur dengan pengamatan dan perasaan, ditulislah puisi, cerita, cerita pendek, novel, cerita bergambar dan tulisan lainnya.

Tulisan tersebut bisa saja hanya khayalan si penulis, tetapi tidak jarang ada juga yang menyangkut pribadi penulis sendiri. Oleh sebab itu, pembaca jangan langsung memastikan tulisan dan puisi itu adalah reflexy pengalaman pribadi penulisnya.
Itu yang terjadi pada saya, ketika menulis puisi dengan judul "Lari dari bayangmu" di website sibolga.Kemudian administrator puisi tsb di posting lagi di website teropongkaca.com, dengan foto pantai indah Sibolga

Atas ide dan prakarsa administrator, dipromosikanlah puisi itu ke membernya dengan pesan :"Ada puisi cantik.......". Tanpa diduga, tiba tiba comments membanjir. Sebagian besar tanggapannya memberikan appresiasi. Sedang lainnya memberi tanggapan lucu dalam bahasa pesisir Sibolga dan beberapa ber bahasa Batak. Yang memprihatinkan adalah yang memberi kesan negatif kepada penulis bahwa saya irrasional dan melankolis. Sedang fihak yang memuji terselip opini bahwa puisi tsb adalah pengalaman pribadi. Oleh sebab itu, untuk memberi clearance, saya pun khusus memberi tanggapan balasan yang intinya bahwa puisi tsb hanyalah rekayasa kata, bukan pengalaman pribadi penulis.

Untuk jelasnya dibawah ini saya tuliskan kembali puisinya :

                                 Fujiyama, Japan

"LARI DARI BAYANGMU"

Tetes tetes gerimis
Tak kuasa melembutkan hati yang kelu
Dibilik temaram penuh kenangan
bersamamu pariban

Kualihkan kerling ke channel one
Jantungku berdegup kencang
Melihat lesung pipit sang bintang
seperti boru Situmorang

Kukayuh sampan ke Pulau Poncan
Bersembunyi dibalik ilalang gersang
Dibalik batu batu karang
Parasmu terukir disana

Nekad kuterbang diatas Fujiyama
Menuju Bandara LAX di California
Berpapasan dengan rupa wajah Asia
....sepertimu.


Bahwa puisi itu hanya khayalan belaka dapat diceritakan begini. Kenyataannya bahwa pariban saya, mantan pacar dan isteri bukan boru Situmorang. Penggunaan marga Situmorang adalah sebagi dampak terkenalnya lagu "Situmorang - Situmorang", yang sering diplesetkan dengan lagu Situmeang - Situmeang. Yang diambil dari marga itu hanya akhiran ANG, sebagai pemanis. Bisa saja diganti dengan marga Sitohang atau marga lain yang banyak berakhiranANG. Lagi pula, masa remaja/pemuda saya habiskan di Jawa, jauh dari pariban saya di kampung di Sibolga.

Puisi ini merupakan satu satunya puisi bernuansa lokal disesuaikan dengan situasi Sibolga, kampung saya. Sedang 40 puisi lainnya semua bernafaskan nasional bahkan internasional.Untuk mempertajam kandungan lokal, saya insert juga Pulau Poncan, nama sebuah pulau dipesisir pantai Teluk Tapian Nauli, sedangkan saya belum pernah kesana. Bahkan tidak tahu letak pulau itu disebelah mana. Hanya, sejak kecil saya sudah sering mendengar nama pulau ini.
Penyisipan Gunung Fujiyama dan California bukan karena lari dari bayangan pariban, hanya sebagai cerita bahwa kami pernah berkunjung ke Jepang dan California.

Beberapa komentar yang menggelitik hati datang dari Sdr.M.Thoyib yang mengingatkan: "lupakan saja itu pariban, karena Anda sekarang justru nikah bukan dengan pariban kan", katanya serta menambahkan :"Jangan terlalu melancholis", komentarnya memberi nasehat positip.

Yang paling kusuka adalah bahwa komentar pada umumnya pakai bahasa pesisir Sibolga, mirip mirip bahasa Minang dan hanya beberapa yang pakai bahasa batak. Komentar kocaknya begini.....
- Sanang bana ambo kalo urang Sibolga mempunyai appresiasi kayak iko
- Dalam bana puisi arti nyotu mamak
- Ado ado sajo, tapi rancak juo yo
- Dalam bana
- Ala mak, carilah bang boru Situmorang itu.

Komentar berbahasa Batak tidak kalah menggelitik juga seperti :
- Marlotop do aya ate atekki
- Martabuni ho Tulang, ehh salah mantab tulang
- Nice puisi tulang...Arga do bona ni pinasa

Salah satu komentar yang sekaligus mengobati kerinduan akan Sibolga, Sdr.Julius Silalahi menyertakan sebuah lagu jadul banget berjudul "Tumba Goreng" dengan syair sbb.:

Tumba goreng
Da goreng ni Sibolga julu
Peak peak di bangku bangku
Tuhoron ni hepeng sasukku

Ma roan ma tu si
Dolo doli na marsiadu
Ai boasa songoni
Ai manggoreng namarbaju

Aut ahu, aut ahu doli doli
Da mangalua, mangalua pe taho
Aut ahu, aut ahu namarbaju
Da maiturun maiturun pe taho

Saya berterima kasih dan appresiasi atas semua comments yang telah disampikan dengan harapan semua menjadi clear. Salam.

0 Comments:

Post a Comment



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

FREE HOT VIDEO | HOT GIRL GALERRY