|
---|
Sunday, April 10, 2011
Nyeri rindu menyeruak tulang
Terbayang dua wajah renta
Tersenyum dari dua nisan tanpa nama
Di punggung bukit semak duka
Dipenghujung dasawarsa
Sungai jernih cerling
Kerabat penderes getah tetap terlunta
Rindu mendengar sajak merdeka
Tergolek tikar anyaman sendiri
Dibuai paduan suara kodok dan jangkrik
Tanpa sinetron rumah dan mobil mewah
Durian Sibolga lezat harum
Jalan meliuk liuk
Sibolga, 23 Desember 2010
Terbayang dua wajah renta
Tersenyum dari dua nisan tanpa nama
Di punggung bukit semak duka
Dipenghujung dasawarsa
Sembilu tajam meretas ari ari
Dipendam dikolong rumah panggung
Dikerindangan daun daun hijau
yang beterbangan menyapa bulan
Selemparan batu dari tepian rindu
Sungai jernih cerling
Kemilau air cerling menari dipori pipi
Bebatuan menggosok tanpa benang
Pulang bersiulkan sarung mandar
Berkasut sandal jepang
diundakan sawah basah
Kupicing mata kuengkol sepeda
melewati dua bukit menikung ke sekolah
Buka Register kumal, tertawa
nilai rapor tidaklah istimewa
Tapi nekad bermimpi jadi pejabat Negeri
Kerabat penderes getah tetap terlunta
Rindu mendengar sajak merdeka
Tergolek tikar anyaman sendiri
Dibuai paduan suara kodok dan jangkrik
Tanpa sinetron rumah dan mobil mewah
Durian Sibolga lezat harum
Semilir angin nostalgia berembus
Bau amis getah menjadi parfum
Beradu tajam aroma durian harum
Menusuk rongga dada terbuka
Berjoget meliuk liuk di jalan berlobang
Telusuri tebing cadas dan kelokan
Tanjakan dan ganti persnelling gardan
Kupejam retina menduga dusun tua
Yang telah ditapaki semasa remaja
Selalu terbawa dalam mimpi
Menjadi materi Buku Biography
Jalan meliuk liuk
Sibolga, 23 Desember 2010
Labels: FAMILY
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)